Senin, 15 September 2014

BNPT Buru Elemen Takfiri ISIS Asal Indonesia


Islam Times - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tampaknya terus tancap gas untuk menumpas elemen dan pendukung kawanan Negara Islam (IS, yang sebelumnya bernama Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS). Menurut Ansyaad Mbai, lembaga yang dipimpinnya itu kini sedang memburu sejumlah warga Indonesia di dalam dan di luar negeri yang telah bergabung dengan IS.

Sejak berhembusnya isu dan dukungan terhadap IS, pemerintah Indonesia langsung melarang kawanan itu dan bertekad menghukum warganya yang melanggar hukum nasional dengan bergabung dan berperang untuk IS. Akhir bulan lalu, BNPT mengumumkan bahwa dalam kerjasama dengan Departemen Luar Negeri, badan ini mengirimkan sebuah tim ke Timur Tengah untuk mengumpulkan data intelijen tentang warga Indonesia yang angkat senjata di wilayah itu untuk IS.

Seraya itu, Ansyaad Mbai memperingatkan bahwa jumlah warga Indonesia yang ikut bergabung dengan IS dapat terus meningkat. "Perkiraan kami saat ini adalah sekitar 100 warga negara Indonesia. Jumlahnya bisa lebih," katanya. "Kami tidak memiliki jumlah yang tepat. Karena itu, [tujuan untuk] keberangkatan tim adalah mengecek jumlahnya."

"Jika kita tahu cara sebagian besar orang-orang itu memasuki Irak atau Suriah melalui negara-negara ketiga seperti Turki, Qatar, dan Mesir, setelah kami memiliki bukti keterlibatan mereka, maka kami dapat mendakwa mereka berdasarkan Undang-Undang Anti-Terorisme," kata Ansyaad.

Rekrutan IS Indonesia kebanyakan berasal dari lahan subur teroris seperti Tangerang, Banten, Bekasi di Jawa Barat serta Poso di Sulawesi Tengah, imbuh kepala BNPT itu.

Menteri Koordinasi Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, pemerintah akan terus melawan upaya perekrutan domestik IS yang terlihat makin intensif. 

"Kita harus menghentikan setiap organisasi berbasis komunitas yang mewakili kepentingan IS secara langsung maupun tidak langsung. Kita juga harus bekerjasama dengan negara-negara lain untuk memastikan proses hukum keimigrasian. Selain itu, kami juga akan perlu mengantisipasi kemungkinan perekrutan melalui media sosial," ujar Djoko. (ITKSeA/rj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar