Senin, 10 Februari 2014

Imam Khomeini, Teladan Pemimpin Islam di Dunia Modern


Imam Khomeini, Teladan Pemimpin Islam di Dunia Modern

Dalam ulasan singkat ini akan dijelaskan mengenai sejumlah sifat, karakter dan keistimewaan Imam Khomeini ra yang menyebabkan kemenangan Revolusi Islam Iran. Ketika situasi bangsa dan negara Iran sedang melewati salah satu periode tersulit dalam sejarahnya dan kira-kira semua pengalaman sebelumnya dan berbagai gerakan nasional telah gagal untuk menyelamatkan negara itu, Allah Swt telah menolong dan menganugerahkan kepada bangsa Iran seorang pemimpin yang adil, saleh, bijak, arif dan fakih.

Di masa itu ketika para penjajah asing menyebut Iran sebagai sebuah "pulau tenang"untuk menjarah sumber daya alamnya, Khomeini Kabir ra dengan kepemimpinannya yang meneladani Rasulullah Saw, telah meruntuhkan rezim kerajaan yang telah berkuasa selama 2.500 tahun dan mengguncang pilar-pilar dominasi dan kekuatan-kekuatan arogansi dunia.

Membangkitkan hati nurani dari tidurnya,memobilisasi kekuatan rakyat dan mengembalikan mereka kepada Islam yang murni hanya mungkin dilakukan oleh seorang pemimpin yang mulia dan agung seperti Imam Khomeini ra. Di puncak ketidakpercayaan dan kekaguman dunia, Imam Khomeini ra pada tanggal 12 Bahman 1357 HS kembali ke Iran dan disambut luar biasa oleh rakyat revolusioner negara itu. Beliau kembali ke Iran setelah 15 tahun diasingkan dan hidup di bawah tekanan dan ancaman para penguasa tiran. Hanya 10 hari setelah kembalinya beliau ke Iran, revolusi terbesar dan paling mengejutkan di abad itu mencapai kemenangannya. Lalu apa keistimewaan Imam Khomeini sehingga mampu membuat perubahan besar di masyarakat Iran dan bahkan mempengaruhi dunia Islam?

Pemerintahan Islam dibentuk untuk mengejar dua tujuan utama: pertama, untuk mengubah masyarakat menuju masyarakat yang ideal dan islami. Kedua, mengantarkan manusia ke posisi sebagai khalifah Allah Swt. Tujuan-tujuan tersebut tidak akan tercapai jika dipimpin oleh seorang pemimpin non-agamis.

Dalam pandangan Islam, kepemimpinan seorang fakih, bijak, adil dan arif dianggap sebagai kebutuhan yang paling penting, baik di masa perubahan dan revolusi maupun di masa stabil dan pembentukan pemerintahan Islam. Imam Khomeini ra adalah seorang fakih dan ulama terkemuka yang memiliki hati yang bersih, iman yang kuat dan yakin kepada kekuatan abadi Allah Swt, di mana beliau tidak menerima penghambat apapun dan tidak tunduk kepada setiap ancaman yang menghalangi tujuan-tujuan mulianya. Beliau adalah seorang pemimpin ilahi.

Sudut pandang Imam Khomeini ra terhadap semua eksistensi seperti dunia, akhirat, manusia dan tujuan penciptaan yaitu untuk menuju kesempurnaan manusia hingga mencapai posisi khalifah Allah Swt, adalah keistimewaan terpenting beliau, di mana tanpa pemahaman benar atas hal itu, maka tidak seorangpun akan mampu memahami jati diri dan kepemimpinan Imam Khomeini ra. Menurut pandangan beliau, dunia dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya akan memiliki nilai ketika mampu menjadi wasilah dan perantara bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan mencapai kebahagiaan di akhirat. Seorang pemimpin umat juga tidak keluar dari kaidah tersebut. Seorang pemimpin tidak sendirinya memiliki nilai dan kemuliaan. Yang menyebabkan seorang pemimpin memiliki nilai adalah pelayanannya kepada makhluk Allah Swt.

Imam Khomeini ra menilai kedaulatan mutlak hanya milik Tuhan dan atas dasar tersebut, beliau berulangkali mengatakan, "Kalian memanggilku sebagai pelayan akan lebih baik dari pada kalian memanggilku sebagai Rahbar (pemimpin)." Pendiri Republik Islam Iran itu menganggap manusia sebagai sebuah "wujud malakuti" dan memiliki martabat tinggi. Beliau optimis terhadap kemampuan semua manusia untuk memahami jalan haq dan meniti jalan tersebut. Oleh karena itu, beliau memiliki keyakinan mendalam terhadap pencerahan dan penyadaran masyarakat.

Pemahaman benar dan realistis terhadap sifat dan ciri bangsa Iran adalah karakteristik lain yang dimiliki oleh Imam Khomeini ra. Ketika diwawancarai oleh Hassanein Heikal, seorang wartawan terkemuka Mesir, beliau mengatakan, "Saya mengenal rakyat dan mengabarkan isi hati mereka serta berbicara dengan lisan mereka. Saya mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam dada mereka. Saya mengetahui semua titik-titik lemah (negara) dan menyaksikan transformasi setengah abad lalu. saya memahami, melihat dan merasakan penderitaan masyarakat yang disebabkan oleh intimidasi."

Selain pemahaman yang benar terhadap kondisi, fasilitas dan kekuatan yang dimiliki, juga diperlukan pengenalan yang benar terhadap musuh dan strategi invansifnya, di mana kedua hal itu adalah perlengkapan untuk sebuah perjuangan dan perlawanan yang sukes. Imam Khomeini ra sangat memahami hal itu dengan baik dan beliau menganggap Amerika Serikat sebagai musuh utama setiap bangsa. Pendiri Republik Islam Iran itu mengatakan, "Dunia harus mengetahui bahwa setiap penderitaan yang dialami oleh bangsa Iran dan bangsa-bangsa Muslim di dunia berasal dari AS. Kesengsaraan negara-negara Islam disebabkan oleh intervensi asing dan Amerika dalam menentukan nasib mereka."

Imam Khomeini ra dengan ungkapan sederhana namun tepat dan akurat telah memberitahukan kepada masyarakat tentang berbagai cara dan metode invansif musuh atau konspirasi tersembunyi musuh seperti menebar teror, menabur perpecahan, menyiapkan perang dan persahabatan palsu. Imam Khomeini ra menilai sikap tidak kompromi terhadap kezaliman dan kekuatan-kekuatan arogan sebagai warisan berharga dari para nabi. Beliau mengatakan, "Mereka yang mempersoalkan kami bahwa mengapa kami tidak berkompromi dengan kekuatan-kekuatan korup, adalah dari orang-orang yang melihat segala sesuatu dari sisi materi. Atau mungkin mereka tidak mengetahui bagaimana Anbiya menyikapi kezaliman, atau bahkan mereka mengetahui, tetapi sengaja membuat diri mereka tuli dan buta. Kompromi dengan penindasan adalah kezaliman terhadap orang-orang tertindas. Kompromi dengan kekuatan-kekuatan adidaya berarti penindasan terhadap umat manusia."

Berdasarkan pemikiran tersebut, Imam Khomeini ra tidak pernah tunduk dan menyerah terhadap arogansi Barat, terutama AS. Beliau selalu mengajak rakyat Iran untuk melawan segala bentuk tekanan dan dikte Barat. Pemimpin Revolusi Islam Iran itu menuturkan, "Saya secara tegas mengumumkan kepada seluruh dunia bahwa jika para penjajah dunia memerangi agama kami, maka kami akan melawan mereka."

Sikap tidak menyerah seorang pemimpin terhadap tekanan dan ancaman serta tidak kompromi terhadap para penindas, tidak mungkin dilakukan tanpa penguatan jiwa epik, keberanian dan resistensi. Imam Khomeini adalah contoh sempurna dari seorang pemimpin yang pemberani dan resistan. Beliau mengatakan, "Demi Allah, hingga kini aku tidak pernah merasa takut."

Di sebuah kesempatan lain beliau menegaskan, "Aku telah menyiapkan darah dan jiwa yang tidak berarti ini untuk membela umat Islam, dan aku menunggu kesyahidan. Kekuatan-kekuatan adidaya dan pelayan mereka harus memahami bahwa jika Khomeini hanya sendirian, ia akan tetap melanjutkan jalannya untuk melawan kekufuran dan kemusyrikan, dan dengan bantuan Allah Swt ia akan merampas `tidur nyenyak` para penjajah dan pelayan-pelayan mereka yang memaksakan penindasannya."

Imam Khomeini ra menilai unsur-unsur epik dan keberanian sebagai inti pemerintahan dan kekuatan masyarakat. Menurut beliau, kerapuhan dan lemahnya dunia Islam dalam menghadapi kebijakan ekspansionis kekuatan-kekuatan asing sebagai dampak dari nihilnya jiwa dan semangat kekuatan di kalangan umat Islam. Beliau meminta ulama dan cendekiawan dunia Islam untuk menyelamatkan umat manusia dari cengkeraman kekuatan-kekuatan penjajah melalui penjelasan, tulisan dan perbuatan mereka sehingga ketakutan yang ada di dalam diri orang-orang tertindas akan lenyap dan yang ada hanya keberanian dan resistensi untuk melawan arogansi dunia.

Di bawah naungan pemikiran murni Islam, Imam Khomeini ra meyakini bahwa mustadafin terutama umat Islam dunia tidak seharusnya menunggu bantuan kekuatan-kekuatan besar untuk memperoleh kemuliaan dan kebahagiaan mereka. Beliau menilai jalan pembebasan adalah tawakal kepada Allah Swt, persatuan, resistensi dan perlawanan. Mengenai hal itu, beliau mengatakan, "Mereka yang membayangkan bahwa para pemilik modal dan orang-orang kaya akan tersadar dengan nasihat dan bergabung dengan para pejuang atau membantu mereka adalah perbuatan yang sia-sia saja. Perlawanan dan kesejahteraan, perjuangan dan kemalasan, penuntut dunia dan pencari akhirat adalah dua kategori yang tidak akan pernah bersama-sama.

Mempelajari dengan teliti kehidupan Imam Khomeini ra akan memahami sebarapa jauh beliau mengamalkan dan komitmen terhadap ajaran Islam. Hidup sederhana dan pengabaian beliau terhadap gemerlapnya dunia bahkan selama delapan tahun menjadi orang nomor satu di Republik Islam Iran, telah membuat kagum semua orang dan kemudian memuji kesederhanaan beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar