Minggu, 02 Juni 2013
Minoritas Sampang, SANG KAUM TERTINDAS.
Kaum Minoritas SAMPANG
Berita tentang kaum minoritas yang selalu mengalami tindakan yang
tidak adil masih saja terdengar. Setelah beberapa waktu lalu penganut
aliran syiah Madura menjadi bulan-bulanan warga kini terdengar kabar
bahwa sekitar 30 orang jamaah syiah dipaksa untuk menandatangani surat
pernyataan pindah aliran dari syiah ke sunni.
Menurut data yang kami peroleh warga syiah mendapat tekanan untuk
berpindah keyakinan bila mereka tidak mengikuti maka rumah mereka
akan dibakar oleh massa. Kejadian yang menimpa penganut syiah ini sungguh
sangat disayangkan pemerintah seperti menutup mata terhadap apa yang mereka
rasakan. Pemerintah sendiri sepertinya hanya bungkam bahkan tidak bersuara
melihat realita yang terjadi di sampang Madura ini.
Pemaksaan berpindah aliran ini menurut kami bukanlah suatu solusi yang
tepat untuk menyelesaikan konflik agama yang terjadi di Sampang.
Seharusnya pemerintah lebih mempertimbangkan lagi solusi yang tepat yang
akan membuat masyarakat merasa aman dan nyaman sehingga kasus
penyerangan ini tidak terjadi lagi. Kasus Sampang menunjukkan betapa
lemahnya pemerintahan kita sehingga tidak dapat memberikan efek jera
kepada para pelaku penyerangan. Begitu juga dengan kepolisian yang bertindak
lamban pelaku penyerangan pun masih bisa berkeliaran.
Dalam kondisi yang sulit ini pemerintah justru bekerjasama dengan beberapa
tokoh yang anti terhadap toleransi untuk mendesak penganut syiah bahkan
memberi ancaman kepada mereka. Lantas apakah ini yang dikatakan Negara
demokrasi yang mana hak-hak setiap penganutnya dijamin di dalam
undang-Undang Dasar? Seharusnya Presiden sebagai pemegang kendali politik
dapat memberikan solusi yang tepat dengan tetap memberikan rasa aman
kepada penganut syiah.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo membantah telah terjadinya pemaksaan agar
masyarakat syiah berpindah keyakinan. Menurutnya yang terjadi hanyalah
keinginan agar masyarakat syiah dapat bersatu dan menyamakan pandangan
dengan umat Islam pada umumnya.
Menurut Andy Irfan Junaidi Relawan untuk pengungsi Syiah pemerintah harus
memberikan perlindungan yang sama kepada setiap warna negaranya tanpa
sedikitpun membeda-bedakan antara kaum manyoritas dan minoritas agar
penindasan terhadap kaum minoritas tidak akan terjadi lagi. Menurutnya
jalan untuk menyelesaikan konflik ini adalah dengan cara dialog yang adil
demi terciptanya perdamaian di Sampang.
Ke depan kita semua berharap apapun bentuk penindasan yang dilakukan
oknum tertentu terhadap kaum minoritas tidak bisa diterima begitu saja.
Masalah perbedaan yang terjadi memang sudah menjadi suatu keniscayaan
yang tidak terbantahkan lagi, tinggal bagaimana kita mengartikan perbedaan
tersebut. Begitu juga sebagai penganut yang manyoritas di negeri ini seharusnya
bisa merasakan bagaimana jika kita yang menjadi minoritas dan ditindas oleh
mereka yang manyoritas. kita tidak dapat menafikan keberagaman bangsa kita
sebagai bangsa yang majemuk yang telah digariskan tuhan kepada kita.
Kita harus merubah pandangan agar melihat sesuatu yang berbeda itu
sebagai rahmat dan karunia Tuhan yang diberikan kepada bangsa Indonesia.
Terimakasih telah berkunjung dan membaca tulisan kami, Semoga menjadi
renungan kita bersama. Berbeda tapi tetap Satu Jua “Indonesia”.
PUISIku Tuk SAMPANG (kemanusiaan)...
Kami berteriak tetapi tidak ada telinga yang mendengar,
Kami merintih dalam tangisan hingga kehabisan air mata,
Kami berjuang tetapi keutuhan telah disobek-sobek,
Suara kami hanyut ditelan waktu,
Kami terbuang dikampung halaman dan tanah leluhur kami sendiri,
Kami menjadi tak berdaya.
Bebaskan kami untuk kembali merangkul hak-hak kami!!!
...FREE SAMPANG!!!...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar