~ Imam Ali as, Bihar al-Anwar 78 : 12
ORANG yang benar-benar tulus mencintai kita adalah orang yang penuh perhatian kepada kita. Orang seperti itu senantiasa berkeinginan agar kita menjadi semakin baik dan semakin sukses.
Perhatian yang tulus seperti ini akan memunculkan kritik, saran atau pun koreksi dari sang pencinta. Dan sayangnya, kritik, saran dan koreksi sering disalahpahami oleh kita. Kita cenderung marah apabila dikritik, yang secara tidak langsung menunjukkan ketidakdewasaan pribadi kita sendiri.
Padahal sesungguhnya, kritik, dan koreksi seperti itu menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh dari sang kekasih, tetapi sekali lagi, kita sering memaknai kritik sebagai bentuk kebencian. Padahal Imam Ali as berkata, “Nasihatilah saudaramu dengan setulus-tulus nasihat, baik dengan sesuatu yang menyenangkan atau pun yang tidak” [85].
Ketika nasihat itu menyenangkan (hawa nafsu) kita, maka kita pun menjadi senang, tetapi ketika nasihat itu berupa kritik yang tidak menyenangkan (hawa nafsu), kita cenderung berbalik memusuhi saudara kita sendiri.
Padahal sesungguhnya orang yang menasihati kita baik itu berupa kritik yang pedas – yang sering kita terjemahkan sebagi celaan – mau pun saran yang menyenangkan, hakikatnya merupakan bentuk cinta dan perhatian yang dalam. Karena seseorang yang tidak mencintai kita, ia pun tidak akan peduli dengan kita.
Imam Ali as berkata, “Orang yang sama sekali tidak mau memperhatikan kepentinganmu sama saja dengan seorang musuh” [86]
Di lain tempat Imam Ali as mengatakan, “Orang yang mengingatkanmu itu seperti orang yang memberimu kabar gembira” [87]
Alangkah baiknya rasa suka maupun rasa tidak suka atau pun rasa cinta dan benci, kita hubungkan dengan kecintaan dan kebencian Tuhan. Hal yang demikian ini untuk menyelaraskan hati dan jiwa kita kepada Tuhan dan agar di suatu saat nantiTuhan akan mengangkat kita ke derajat iman yang lebih tinggi lagi sehingga tiada yang kita ingin lagi kecuali apa yang diinginkan Tuhan.
Allah ‘Azza waJalla berfirman : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu mencintai (menyukai) sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui” (QS al-Baqarah [2] : 216)
Orang-orang yang ANTI KRITIK, suatu waktu bisa menjadi orang yang OTORITER, dan pada akhirnya MERASA BENAR SENDIRI.
“To avoid criticism, do nothing, say nothing, be nothing. – Untuk menghindar dari kritik : jangan melakukan apa pun, jangan mengatakan apa pun, dan jangan jadi apa pun!” begitu kata Elbert Hubbard
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-’Ashr : 2-3)
CatatanKaki :
[85]. Mutiara Nahjul Balaghah, hal. 137
[86]. Mutiara Nahjul Balaghah, hal. 139
[87]. Nahjul Balaghah, Sayings No. 59
Laa hawla wa laa quwwata illa billah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar