Harian Washington Post, Selasa (8/4) dalam satu analisanya menulis, kesepakatan akhir untuk membongkar program nuklir Iran kemungkinan tidak akan tercapai pada bulan Juli.
"Oleh karena itu, para pejabat Pentagon harus didorong untuk mempersenjatai rezim Zionis Israel dengan bom bunker yang kuat guna menghentikan langkah Iran," tambahnya.
Analisa yang ditulis oleh Jennifer Rubin, menyinggung pernyataan Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Robert Menendez mengenai perundingan nuklir Iran dengan Barat.
Pada Februari lalu, Menendez mengatakan, "Perjanjian akhir untuk membongkar program nuklir Iran mungkin tidak akan dicapai pada bulan Juli. Pada saat itu, kita akan mendengar bahwa pemerintah akan mengatakan kemajuan sedang dicapai dan meminta Kongres untuk tidak mengambil tindakan apapun. Pada saat itu, akan ada banyak diskusi atas pernyataan Menendez bahwa penerapan sanksi baru setelah enam bulan sudah sangat terlambat."
Menurut Rubin, jeda itu akan menghilangkan dampak-dampak sanksi yang ada terhadap Iran dan jumlah perusahaan asing yang terlibat transaksi dengan Tehran juga akan tertambah. Oleh karena itu, jika AS memutuskan untuk menerapkan sanksi baru, pelaksanaannya akan menghadapi masalah.
Dari sisi lain, penundaan itu akan memberi waktu ke Iran untuk mencapai bom nuklir. Belum lagi, kesepakatan Jenewa tidak memaksa penutupan program nuklir Iran dan hanya meminta negara itu untuk mengurangi pengayaan uranium ke tingkat 20 persen selama enam bulan.
"Jika situasi itu terjadi pada Iran dan jika tidak dicapai kesepakatan final dengan negara itu, maka kecil kemungkinan Kongres akan memiliki waktu yang cukup untuk mensahkan dan menerapkan sanksi baru sebelum Iran mencapai bom," jelas Rubin.
Bahkan jika Kongres mengabaikan ancaman-ancaman Gedung Putih dan meloloskan sanksi baru setelah Juli nanti, AS tetap saja akan kehilangan momen yang tepat untuk mencegah Iran. Oleh karena itu, satu-satunya jalan yang dimiliki AS adalah menggunakan kekuatan.
Washington Post merekomendasikan kepada Kongres AS agar menggunakan opsi militer terhadap Iran daripada meloloskan sanksi jika perundingan nuklir gagal mencapai hasil.
Opsi lain untuk mencegah Iran adalah mempersenjatai Israel dengan bom-bom canggih penghancur bunker.
AS telah mempersenjatai Israel dengan beberapa bom bunker yang memiliki berat antara 2.000-5.000 pon. Akan tetapi, Iran mengetahui bahwa bom-bom itu tidak akan menimbulkan kerusakan serius pada situs nuklirnya.
Oleh karena itu, Washington harus melengkapi Tel Aviv dengan bom-bom 30.000 pon GBU-57 atau (Ordnance Penetrator Massive-MOP), dan beberapa pesawat pembom B-52.
Pentagon telah mengembangkan bom MOP khusus untuk menghancurkan target-target di bawah tanah. Bom itu dapat menembus kedalaman hingga 200 meter di bawah tanah sebelum meledak, lebih dari kemampuan cukup untuk menghancurkan situs nuklir Iran.
Tidak ada batasan hukum atau kebijakan yang melarang penjualan bom-bom itu ke Israel, dan AS juga memiliki persediaan yang cukup di gudang senjatanya.
Namun, Israel tidak memiliki pesawat yang mampu mengangkut bom MOP. Untuk itu, AS juga perlu menyediakan pesawat yang mampu membawa muatan seberat itu. Hanya dua pesawat yang bisa melakukannya yaitu, B- 52 dan siluman B-2. (IRIB Indonesia/RM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar