Selasa, 04 Februari 2014

FSA vs ISIS dan Terbelahnya Kubu Oposisi dan al-Qaeda


Tentara pemberontak Suriah mengepung markas besar kelompok esktremis, Negara Islam Iraq dan Syam (ISIS) di kota Raqa. Pertempuran tersebut menandai perpecahan di tubuh oposisi dan Al-Qaida.

Milisi Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dikabarkan mengepung benteng esktremis Islam bentukan kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) di kota Raqa. Seusai pertempuran pasukan pemberontak mengklaim berhasil membebaskan 50 orang yang disandera.

Raqa sejak Minggu (5/1) menjadi medan pertempuran antara dua kelompok yang sejatinya beperang melawan rejim Bashar Assad di Damaskus itu. Sejumlah organisasi radikal Islam bergabung dengan ISIS yang berafiliasi dengan Al-Qaida untuk membentuk negara Islam di Suriah.

Raqa adalah satu-satunya ibukota provinsi yang jatuh ke tangan pemberontak sejak oposisi Suriah mengangkat senjata terhadap rejim Assad menyusul aksi demonstrasi menuntut demokrasi, Maret 2011. Tapi tidak lama kemudian ISIS merebut kota tersebut dari tangan FSA.

Revolusi kedua Melawan Kelompok Teroris

Sejak merebut Raqa, ISIS menyandera puluhan milisi pemberontak, aktivis demokrasi dan wartawan, termasuk di antaranya jurnalis asing. Serangan FSA terhadap kota Raqa terjadi tiga hari setelah aliansi kelompok moderat dan Islam Suriah menyerukan "revolusi" kedua melawan ISIS di provinsi Aleppo dan Idlib.

Ketegangan antara kelompok pemberontak dan milisi ISIS bermula dari penolakan kelompok ekstremis Islam itu untuk menaati batasan yang ditetapkan oposisi. ISIS yang juga aktif berperang di Irak berambisi membentuk Khilafah Islam di Suriah.

Menurut Kelompok Pengamat Hak Azasi Manusia (SOHR), kelompok terbesar yang "mengepung markas besar ISIS di Raqa adalah Front al-Nusra," yang serupa dengan ISIS berafiliasi dengan Al-Qaida, namun membawa ideologi yang lebih moderat.

Konflik di Tubuh Al-Qaida

Kedua kelompok berulangkali terlibat pertempuran satu sama lain dalam beberapa bulan terakhir. Konflik berkecamuk usai ISIS mengklaim diri sebagai satu-satunya wakil resmi Al-Qaida di Suriah. Sebaliknya al-Nusra yang telah beroperasi lebih lama di Suriah menolak bekerja di bawah komando ISIS.

Salah satu pemimpin Al-Qaida, Ayman al-Zawahiri sempat memerintahkan gembong ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi untuk bekerjasama dengan milisi al-Nusra. Namun Baghdadi menolak perintah tersebut. Desember silam ISIS dikabarkan berperang kelompok Islam lain, Ahrar al Syam di kota Maskana, Aleppo.

Menurut Organisasi Pemantau HAM Suriah, SOHR, "ISIS adalah faksi terkuat di utara. Jika ada yang mengklaim sebaliknya, maka itu bohong." ISIS yang akhir pekan lalu merajalela di Irak, tengah bersiap menghadapi operasi militer yang digelar Baghdad guna membebaskan kota Ramadi dan Fallujah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar