Senin, 10 Februari 2014

Islamophobia Dibalik Kedok Kebebasan Berekspresi


Islamophobia Dibalik Kedok Kebebasan Berekspresi

Salman Rushdie, penulis Inggris keturunan India pada tahun 1988 merilis buku berjudul Ayat-ayat Setan yang memuat penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw dan agama Islam. Dalam bukunya, SalmanRushdieselain melecehkan Nabi juga dengan berani mengklaim bahwa al-Quran bukan turun langsung dari sisi Allah, namun sekedar tulisan Muhammad. Perilisan buku ini langsung menuai reaksi keras dan memicu kemarahan umat Muslim di dunia. Namun media Barat tanpa mengindahkan perasaan satu setengah miliar umat Muslim yang terluka, dengan berbagai cara mempropagandakan buku tersebut.

Selain itu, pemerintah Barat khususnya Amerika Serikat menyambut baik terbitnya buku Ayat-ayat Setan. Dengan antusias Washington mengalokasikan dana besar-besaran untuk mencetak dan menerjemahkan buku tersebut. Sementara itu, Salman Rushdie yang penulis buku Ayat-ayat Setan meraih beragam penghargaan dan ratu Inggris secara khusus menganugerahi gelar Sir kepada Salman Rushdie. Dukungan dan sambutan sangat meriah terhadap sebuah buku bukan sesuatu yang biasa dan tidak pernah terjadi hal seperti ini.

Sejatinya para pemimpin dunia materialis Barat melalui kebijakannya ini berupaya selain menimbang sensitivitas umat Muslim dan keyakinannya, juga memulai proyek penghapusan sakralitas Islam, Nabi dan al-Quran. Sementara itu, Imam Khomeini, pendiri Republik Islam yang memiliki kecerdasan dan kesadaran tinggi tentang musuh serta menyadari ambisi busuk Barat di balik isu ini, pada 14 Februari 1989 mengeluarkan fatwa kemurtadan Salman Rushdie dan vonis mati bagi penulis buku Ayat-ayat Setan ini. Fatwa Imam Khomeini tersebut langsung menuai sambutan luas umat Muslim dunia. Sementara itu, penerus Imam Khomeini, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, mendukung fatwa Imam tersebut dan menilainya tidak dapat ditarik.

Di sisi lain, pemerintah Barat memberikan reaksi keras terhadap fatwa Imam Khomeini dan 12 negara Eropa menarik duta besarnya dari Tehran serta menjatuhkan beragam sanksi, ancaman serta represi terhadap bangsa Iran. Namun pada akhirnya ketegaran Republik Islam memaksa mereka mundur dari sikap kerasnya dan 12 duta besar ini dengan diam-diam kembali ke Tehran. Meski Inggris dan Rezim Zionis Israel dengan dana besar-besaran memberi penjagaan ekstra serta superketat untuk menjaga nyawa Salman Rushdie, namun ia selama bertahun-tahun hidup dalam suasanapenuh ketakutan di tempat persembunyiannya.

Berlanjutnya serial pelecehan Barat terhadap kesucian umat Muslim mengindikasikan wawasan luas Imam Khomeini terhadap masa depan dan kebenaran perspektif beliau. Para pemimpin Barat dengan baik menyadari bahwa peradaban Islam mulai bangkit dan menyelimuti dunia. Mengingat pandangan dunia spiritual serta universalitas ajaran Islam bagi kehidupan dan kebagaiaan manusia, maka mereka khawatir sendi-sendi ideologi materialisnya akan goyah dan hancur.

Hal inilah yang mendorong Barat untuk mencegah berkembangnya Islam dan dengan berbagai cara berupaya menghancurkan rasa percaya diri serta kehormatan umat Islam. Kondisi ini persis seperti sikap Amerika Serikat dan sekutu Eropanya yang mendukung segala bentuk aksi pelecehan terhadap kesucian umat Muslim dengan dalih kebebasan pers serta berekpresi. Mereka pun mengabaikan protes umat Muslim dunia.

Dalam beberapa tahun terakhir aksi pelecehan terhadap kesucian Nabi Muhammad dan al-Quran mencapai titik tertinggi. Pembakaran Kitab Suci al-Quran oleh Terry Jones, pastor Amerika, desain gaun yang dihiasi ayat-ayat al-Quran di Universitas Shenkar Israel, pencetakan karikatur Nabi Muhammad di koran Swedia, Norwegia dan Denmark, pembuatan film anti Islam seperti Fitna dan Innocence of Muslims termasuk dalam aksi pelecehan terhadap Islam.

Sebuah gaun rancangan mahasiswa dari salah satu universitas di Israel membuat heboh masyarakat Arab karena di gaun tersebut terdapat tulisan ayat-ayat Al-Qur'an. Warga Arab Saudi telah melampiaskan amarah dan frustrasi mereka di jaringan sosial menyusul berita bahwa seorang wanita muda Arab dari Israel bagian utara telah merancang gaun untuk universitasnya yang menampilkan ayat-ayat dari Al-Qur'an.

Gaun dengan ayat-ayat dari surat Al-Baqarah tersebut awalnya diposting di akun Facebook dari Fakultas Teknik dan Desain Universitas Shenkar, Israel, sebagai bagian dari desain yang disiapkan oleh para mahasiswa. Situs Israel mengatakan, keluarga desainer itu mengatakan bahwa mereka tidak berniat menghina Al-Qur'an atau perasaan umat Islam, dan bahwa pekerjaan itu hanya sebuah proyek yang dilakukan sebagai bagian dari studi perancang. Akan tetapi untuk beberapa Muslim, desain itu sepenuhnya samar-samar dikutuk. Musaad, seorang blogger, mengatakan bahwa siswa itu harus dihukum karena memprovokasi umat Islam, kecuali dia dipaksa untuk merancang gaun tersebut.

Sementara film Innocence of Muslims dipublikasikan oleh Pendeta Terry Jones dan ia menyatakan bahwa perilisan film ini bertepatan dengan peringatan serangan 11 September 2001. Film berdurasi dua jam ini melecehkan pribadi dan sosok Rasulullah Saw. Sosok suci ini digambarkan melakukan berbagai dosa. Sam Bacile, penulis dan sutradara film Innocence of Muslims adalah seorang Yahudi Amerika dan warga California serta berprofesi sebagai kontraktor properti. Namun yang menyebarkan film ini adalah Terry Jones.

Saat ini, Sam Bacile berada di tempat persembunyian dan menurut laporan Wall Street Journal lebih dari 100 Yahudi memberikan bantuan sebesar lima juta dolar. Film ini digarap selama tiga bulan dengan melibatkan 60 aktor dan atris serta 45 kru. Menurut Bacile, film tersebut hingga kini dipublikasikan awal tahun ini di sebuah ruangan yang hampir dikatakan kosong di Hollywood. Terry Jones adalah seorang pastor atau Kepala pendeta yang berusia 58 tahun dan pimpinan sebuah gereja pinggiran kecil di Gainesville, Florida. Ia merupakan seorang pastor yang sangat anti akan Islam.

Sementara itu, menyaksikan berbagai penistaan terhadap kesucian agamanya, umat Islam di seluruh dunia bangkit melakukan protes. Mereka pun menempuh berbagai jalur hukum untuk menindaklanjuti gugatan mereka. Namun demikian, gugatan umat Islam senantiasa ditolak dengan dalih kebebasan pers dan berekspresi. Tidak ada pengadilan di Barat yang bersedia menjatuhkan hukuman kepada para pelaku pelecehan terhadap Islam.

Biro penjara federal Amerika Serikat hari Kamis (26/9/2013) dilaporkan membebaskan orang yang berada di balik pembuatan sebuah film anti-Islam, Innocent of Muslim yang memicu gelombang kekerasan di bagian Timur Tengah. Nakoula Basseley Nakoula, seorang Kristen Koptik Mesir-Amerika berusia 56 tahun, saat ini sedang ditahan di California Selatan, kata Ed Ross, juru bicara Biro Penjara Federal, menurut Associated Press.

Nakoula dijatuhi hukuman satu tahun penjara pada bulan November karena menggunakan nama palsu yang melanggar perintah hukuman percobaan dalam kasus penipuan bank. Kasus yang sama sekali tidak berhubungan dengan film yang membuat marah Muslim tersebut. Dalam sebuah wawancara awal tahun ini, Nakoula mengatakan kepada Fox News bahwa ia bangga dengan film tersebut mengklaim tujuannya bukan untuk menghina Islam melainkan untuk memerangi terorisme.

Hillary Clinton, mantan menteri luar negeri Amerika Serikat saat mereaksi protes umat Muslim terhadap film Innocence of Muslims menandaskan, "Amerika tidak menghalangi warganya untuk mengungkapkan inspirasi dan pendapatnya." Padahal menurut isi berbagai konvensi dan perjanjian internasional Hak Asasi Manusia (HAM), memanfaatkan kebebasan berpendapat untuk menghina agama serta ideologinya dilarang. Menelusuri perjanjian internasional ini jelas bahwa kebebasan berpendapat bukannya suatu kebebasan mutlak yang tidak memiliki batasan.

Adapun dalam pandangan Islam, manusia diciptakan dalam kondisi bebas dan kebebasan merupakan anugerah Ilahi. Kebebasan berekspresi temasuk kebebasan yang diterima oleh Islam. Namun demikian dalam pandangan Islam kebebasan ini bukan sesuatu yang mutlak ada sesuatu yang membatasi kebebasan manusia, di antaranya adalah akal sehat. Sejatinya pembatasan ini ditujukan untuk menjamin prinsip dasar kebebasan itu sendiri dan kondisi sehat moral serta kejiwaan. Pelecehan terhadap kesucian Islam dan menampilkan wajah palsu serta menjijikkan Islam dan Muslim yang termasuk program Islamophobia Barat akan merusak kondisi sehat moral dan kejiwaan berbagai masyarakat.

(IRIB Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar