Selasa, 21 Januari 2014

Revolusi Islam, 35 Tahun Resistensi dan Kejayaan


Revolusi Islam Iran sebagai cikal bakal Republik Islam yang anti hegemoni dan komitmen terhadap ajaran agama serta menjaga kehormatan manusia, sejak pertama kali terbentuk telah menjadi sasaran kekuatan imperialis global. Meski berbagai permusuhan yang ada, Revolusi Islam masih tetap agung dan eksis serta menjadi pembangkit identitas dan pulihnya nilai-nilai bangsa Muslim dunia. Dewasa ini dampak 35 tahun resistensi bangsa Iran dapat di saksikan di bidang politik, budaya dan bahkan resistensi ini mampu mempertebal keyakinan bangsa lain di dunia serta menjadikan kebangkitan rakyat Iran yang menolak hegemoni dan imperialis dunia sebagai teladan pergerakan mereka ke arah masa depan.

Kemenangan Revolusi Islam sejatinya teladan resistensi dan perlawanan terhadap sistem imperialis dunia modern. Resistensi ini bersumber dari ideologi Imam Khomeini, Bapak Revolusi Islam Iran. 35 tahun lalu, rakyat Iran bangkit melawan pemerintahan despotik dan dengan bersandar para prinsip dasar mereka, rakyat Iran menggulingkan rezim Shah Pahlevi serta mencabut akar hegemoni Amerika di negara mereka.

Kemenangan Revolusi Islam telah mengakhiri gerakan imperialis terhadap bangsa Iran dan nasib bangsa ini memasuki babak baru penuh kehormatan, keagungan serta independensi. Perjuangan rakyat Iran sampai detik ini pun belum berakhir. Sejatinya seiring dengan berlalunya 35 tahun dari kemenangan Revolusi Islam, proses kesempurnaan ini terus bergerak ke arah puncak kejayaan dan Republik Islam dengan pemahamannya atas esensi sejati musuh, dengan sendirinya mengetahui mekanisme menghadapi berbagai ancaman musuh.

Kekuatan intervensif dunia tidak akan membiarkan keberadaan negara independen dan bangsa pejuang. Oleh karena itu, sejak awal mereka memaksakan perang terhadap bangsa Iran. Selama beberapa tahun lalu kekuatan intervensif dunia juga memanfaatkan beragam metode dan strategi yang sesuai dengan kondisi untuk menghadapi Republik Islam.

Amerika Serikat 35 tahun lalu bermimpi mampu menundukkan bangsaIran dengan teori perang, blokade ekonomidan mengucilkan Iran di pentas internasional dengan bantuan rezim-rezim kawasan. Namun kini AS memiliki pengalaman berbeda dengan masa lalu dan Washington menyadari strategi mereka tersebut tidak mampu mengubah masa depan Tehran demi keuntungannya. Ini merupakan kemenangan lain bagi bangsa Iran dalam koridor perlawanan sebuah bangsa terhadap kekuatan hegemoni global.

Republik Islam Iran selama tahun-tahun resistensi bukan saja tidak pernah tunduk terhadap Barat dan Timur, bahkan kini lebih solid dari sebelumnya dalam menghadapi konspirasi kekuatan imperialis dunia. Tekad nasional ini juga dapat menjadi teladan bagi bangsa kawasan untuk menentukan masa depan mereka.

Namun demikian konspirasi dan upaya busuk anti pemerintah Republik Islam tidak pernah pudar. Konspirasi ini kini mengalami banyak perubahan dan dikemas dalam bentuk lain serta beragam. Maka tak dapat dipungkiri bahwa dalam perjuangan ini akan banyak ditemukan tantangan besar dan beragam pula. Menurut penjelasan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, banyaknya tantangan menunjukkan besarnya kekuatan Republik Islam, karena jika Republik Islam tidak memiliki daya pengaruh dan kekuatan yang besar maka musuh-musuh Tehran tidak akan getol untuk menghancurkan pemerintah Islam ini.

Dalam hal ini, meski Amerika Serikat menunjukkan minat untuk berunding, namun Washington masih terus berminat mempersulit Tehran. Jika dewasa ini Amerika mengubah strategi permusuhan dengan perundingan maka hal ini merupakan hasil dari resistensi dan perjuangan bangsa Iran menghadapi beragam represi sehingga memunculkan friksi di antara front anti Tehran.

Pemerintah Amerika kini menerapkan strategi dualisme "Dialog dan Sanksi" terhadap Iran. Satu dimensi dari strategi ini adalah minta berunding atas usulan elit politik yang dekat dengan Gedung Putih kepada Presiden AS, Barack Obama. Para elit politik ini tidak begitu antusias dengan strategi permusuhan dengan Republik Islam. Dimensi lain strategi dialog Barat dan Iran adalah berlanjutnya gerakan terkait Rezim Zionis Israel. Namun pengalaman membuktikan bahwa resistensi bangsa Iran yang didasari oleh cita-cita luhur Revolusi Islam adalah perjuangan mendalam dan berakar. Dalam hal ini, musuh hanya akan menelan kekalahan berulang.

Sejatinya resistensi bangsa Iran terhadap kekuatan imperialis dunia bukan sekedar slogan, karena rakyat Iran dengan kekuatannya berhasil menggapai beragam prestasi gemilang. Proses resistensi ini sampai kini masih terus berlanjut. Presiden Republik Islam Iran saat menyampaikan pidato di sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di tahun 2013 menjelaskan prinsip dasar dan cita-cita pemerintah Republik Islam. Rohani mengatakan, "Resistensi bangsa Iran tehadap berbagai represi dan konsistensinya terkait hak nuklirnya serta diplomasi aktif merupakan strategi Republik Islam."

Penekanan terhadap indeks ini menunjukkan realita bahwa Iran semakin solid, stabil dan kuat. Dengan memanfaatkan peluang diplomasi aktif, Iran mampu melangkah lebih kokoh, di samping juga mampu memberi daya tawar yang tinggi. Dengan demikian Iran kian menunjukkan kekuatan sejatinya kepada musuh. Oleh karena itu, tak heran jika musuh dengan anggapannya memiliki posisi yang lebih unggul senantisa berusaha keras mencitrakan prestasi besar Iran sebagai sesuatu yang kecil. Sama seperti langkah terbaru AS yang menjatuhkan sanksi baru kepada Iran, yang dalam pandangannya sebagai sanksi yang bakal melumpuhkan Tehran.

Dalam koridor ini, mencitrakan kecil berbagai prestasi gemilang Iran dan membesar-besarkan kekuatan imperialis merupakan dua poros dikte serta strategi terencana untuk memusuhi Republik Islam. Dalam anggapannya, kekuatan imperialis dengan memanfaatkan dua strategi ini akan mampu memaksa rakyat Iran untuk mengubah cita-citanya. Namun ternyata bangsa Iran dengan bersandar pada kepercayaannya yang mendalam pada diri sendiri serta resistensi melawan represi telah berhasil membuyarkan seluruh prediksi dan konstelasi Amerika terhadap Tehran.

Dewasa ini, Iran jika di banding dengan sebelumnya, lebih maju dan kuat dalam menghadapi beragam konspirasi, bukan saja sebelum revolusi, bahkan jika di banding dengan mayoritas negara regional yang mendapat dukungan Barat. Resistensi ini menjadi pesan bagi musuh bahwa bangsa Iran seperti penjelasan Rahbar, dalam "perang tekad" rakyat Iran akan keluar sebagai pemenang dalam medan perang.

Amerika Serikat di tahun-tahun pasca kemenangan Revolusi Islam dengan segenap kekuatannya mulai dari sanksi hingga merusak pasar, nilai mata uang dan investasi di Iran berusaha mengubah struktur ekonomi serta menebar ketidakpuasan dan keputusasaan di tengah rakyat Iran. AS berulang kali berusaha merusak prinsip dasar resistensi bangsa Iran, namun dalam pandangan bangsa ini, resistensi dalam kesempatan apa pun dan dalam prioritas apa pun tidak berbeda dengan resistensi di era perang pertahanan suci. Poin penting dalam hal ini adalah proses pembentukan budaya resistensi di seluruh bidang baik dalam medan perang, perang diplomasi atau menghadapi sanksi ekonomi.

Musuh dengan mencitrakan ketidakmampuan pemerintah Iran dalam menghadapi sanksi terus menunggu protes rakyat terhadap pemerintah. Berdasarkan pandangannya ini pula, musuh berusaha merusak resistensi bangsa Iran dengan menambah kesulitan ekonomi terhadap negara ini. Namun rakyat Iran tetap gigih berjuang menghadapi ketamakan imperialisme musuh dan di lapangan bangsa ini membuktikan bahwa resistensinya terhadap represi musuh mampu menggagalkan konspirasi musuh.

Dengan kata lain, resistensi dalam pandangan bangsa Iran lebih dari sekedar slogan. Menurut rakyat Iran, resistensi adalah strategi utama yang memiliki dua karakteristik. Pertama, peletakan dasar dan budaya resistensi di tengah masyarakat. Kedua strategi cerdas yang dibarengi mekanisme diplomasi serta ekonomi yang dituju oleh para pejabat Republik Islam.

Rahbar di hari anti imperialis dunia, 13 Aban menjelaskan urgensitas resistensi dan anti arogansi bangsa Iran. Beliau menekankan, musuh dalam setiap konspirasinya telah memeras keringat dan berusaha keras, namun pada akhirnya bangsa Iran keluar sebagai pemenang di medan. Setelah berhasil menggagalkan satu konspirasi, rakyat Iran naik satu peringkat lebih maju.

Rakyat Iran yang telah berhasil membuktikan dirinya di berbagai bidang tetap konsisten dan kokoh dalam melawan musuh, karena yang penting bagi bangsa Iran adalah mempertahankan perjuangan terarah dalam menghadapi upaya busuk musuh yang berusaha keras menciptakan perpecahan dalam struktur politik dan strategi Republik Islam. Oleh karena itu, selama 35 tahun sejarah resistensi, rakyat Iran tidak pernah tunduk pada kekuatan dunia dan menghancurkan setiap konspirasi yang dilancarkan oleh kekuatan ini.(IRIB Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar