Senin, 27 Januari 2014

Revolusi Islam dan Perang Lunak

Sudah bertahun-tahun Barat dengan program terencananya berusaha keras menarget citra Republik Islam Iran dan secara bertahap berupaya merusak pemerintahan Republik Islam. Dalam proses ini, Barat memanfaatkan seluruh kapasitasnya di bidang kekuatan lunak guna mempersiapkan iklim tepat untuk melakukan gerakan negatif lebih besar terhadap Iran baik di tingkat regional maupun internasional.

Perang lunak sejatinya termasuk salah satu metode destruktif yang terus diterapkan terhadap Republik Islam selama bertahun-tahun. Klaim pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan tidak adanya kebebasan serta demokrasi di Republik Islam Iran telah dikumandangkan sejak kemenangan Revolusi Islam. Selama lebih dari tiga dekade organisasi HAM internasional dimanfaatkan untuk terus menekan Iran. Bahkan lembaga ini tak segan-segan merilis resolusi tak adil dan jauh dari kebenaran terkait Iran.

Dalam hal ini lembaga polling Gallup dan PEW di Amerika menggelar jajak pendapat. Hasil dari jajak pendapat tersebut sepenuhnya negatif dan sarat dengan Iranphobia, pandangan negatif terhadap Tehran dan mencitrakan Iran sebagai ancaman bagi perdamaian serta keamanan internasional. 35 tahun silam, gerakan ini ditindaklanjuti melalui kebijakan resmi dan lembaga internasional yang berpengaruh pada opini publik seperti PBB dan Lembaga HAM.

Media Barat melalui kebijakan terencana dan terorganisir sedapat mungkin mempropagandakan klaim palsu bahwa Iran mendukung terorisme. Salah satu sarana media Barat dalam bentuk perang lunak terhadap Republik Islam adalah media besar yang berada dalam kekuasaan mereka yang menyuplai berita bagi media massa, televisi satelit dan situs internet. Kantor berita ini termasuk sarana vital perang media. Media ini setiap harinya merilis jutaan tajuk berita dengan menggunakan sarana yang paling canggih sehingga mampu mengontrol sektor media global.

Sementara itu, rakyat Iran juga tidak lepas dari kelompok audiens internasional yang mengkonsumsi berita. Misalnya saja, Associated Press (AP) setiap harinya rata-rata memproduksi 11 juta kalimat berita dan menyebarkannya ke seluruh dunia. AP juga menjadi penyuplai berita bagi lebih dari sepuluh ribu koran di 109 negara dunia. Voice of America (VOC) dan BBC Persia juga termasuk sumber berita.

Berdasarkan data statistik. Lebih dari 32 radio berbahasa Persia menyiarkan program bagi warga Iran dan etnis lain berbahasa Persia di seluruh dunia. Bahkan ditaksir audiens berbahasa Persia di dunia mencapai lebih dari 150 juta orang. Saat ini pemerintah Amerika menempatkan ancaman keras dalam prioritas kedua dan lebih giat menseriusi perang lunak sebagai metode yang lebih efisien untuk mencapai ambisinya melalui serangan syaraf dan perang media.

Barat melalui metode ini berusaha mencitrakan kesan buruk Republik Islam dan menebar propaganda bahwa Iran adalah ancaman bagi perdamaian serta keamanan dunia. Tak hanya itu, Barat berupaya keras menuding Iran tidak peduli terhadap nasib dan kepentingan rakyatnya. Pemerintah Amerika Serikat tidak pernah mengingkari bahwa sejak terbentuknya pemerintahan Republik Islam Iran, upaya penghancuran pemerintahan ini sebagai prioritas utamanya. Namun dalam kondisi saat ini, Amerika menempatkan ancaman keras dalam prioritasnya kedua dan lebih mengedepankan perang lunak terhadap Iran.

Mark Palmer pakar strategi Amerika Serikat yang juga dikenal sebagai pembaharu kebijakan luar negeri Amerika dalam laporannya yang bertajuk "Iran-AS, Pendekatan Baru" mengisyaratkan masalah ini. Dalam laporannya, Mark Palmer secara transparan menentang ide serangan militer ke Iran. Ia menjelaskan bahwa Iran dari segi luas wilayah, jumlah populasi, kwalitas sumber daya manusia (SDM), kemampuan militer, sumber alam, dan keunggulan letak geografi di kawasan serta internasional, telah berubah menjadi kekuatan besar. Menurut Palmer, Iran kini tidak mungkin diruntuhkan dengan serangan militer (Hard War). Menurutnya Iran hanya mungkin ditundukkan melalui perang lunak, strategi perang syaraf dan propaganda dengan memanfaatkan media yang terorganisir serta dukungan dari pembangkangan rakyat Iran sendiri.

Amerika Serikat dan Zionis internasional merancang serta mengagendakan banyak strategi guna melancarkan operasi perang lunak dan merusak budaya Iran. Di antara strategi tersebut adalah isu nuklir Iran dan propaganda penyimpangan ke arah militer. AS dan Zionis internasional juga mendiktekan kepada dunia bahwa Republik Islam tengah membuat bom nuklir.

Dalam hal ini, industri perfileman juga termasuk sarana perang lunak. Melalui film, Barat dapat menebar pengaruhnya dalam berbagai transformasi di negara dunia ketiga. Melalui propaganda film ini, Amerika menampilkan sosok yang memiliki segudang kebaikan dan mengenalkannya kepada dunia. Kebanyakan sosok tersebut adalah warga Barat. Sebaliknya peran negatif dalam film tersebut disematkan kepada warga negara-negara yang mereka klaim tidak mengikuti sistem internasional. Dalam hal ini Republik Islam Iran juga mereka masukkan dalam kategori negara yang menyimpang dari sistem internasional.

Dengan demikian dunia perfileman Barat berusaha keras menyebarkan pemahaman keliru mengenai Revolusi Islam. Mereka menampilkan Republik Islam Iran sebagai pemerintahan reaksioner, buas, pendukung terorisme, mengabaikan hak-hak perempuan dan kubu minoritas. Film seperti Flight 93, Babel, 300, Alexander, Territory, The Stoning of Soraya M, Lord of Dreams dan Delta Force termasuk film produksi Hollywood yang anti Iran dan Islam.

Untuk permainan komputer dan PC Games banyak dirilis permainan seperti American Army dan operasi terhadap instalasi nuklir Iran, di mana para gamer baik itu warga Iran maupun dunia berperan sebagai militer Amerika menyerang Republik Islam. Dengan demikian para gamer dengan sendirinya dalam posisi membela kepentingan Amerika dan negara adidaya ini berhasil menanamkan pemahaman serta gambaran khusus mengenai musuh.

Sementara itu, dunia maya dan situs internet dewasa ini menjadi sarana perang lunak. Barat berusaha mengirim pesannya melalui media ini. Parabola sejatinya juga termasuk bagian penting dan struktural komunikasi dan data. Bahkan millenium ketiga dapat disebut sebagai abad parabola. Saat ini saluran televisi parabola berbahasa Persia gencar membahas isu-isu sosial di Iran dengan tujuan mampu mempengaruhi opini publik. Dalam hal ini generasi muda Iran menjadi sasaran utama perang lunak yang dilancarkan Barat khususnya Amerika Serikat.

Internet saat ini lebih dari sekedar jaringan komputer. Internet juga masuk dalam sarana perang lunak. Perang lunak terhadap Republik Islam Iran dewasa ini menjadi sarana utama untuk memerangi Tehran mengingat biayanya yang murah, apalagi didukung dengan teknologi komunikasi canggih dan laman sosial yang gratis.

Oleh karena itu, pemahaman mengenai perang lunak terhadap Republik Islam Iran harus dicermati dalam koridor yang luas. Proses ini di masa lalu masih harus dibantu dengan perangkat keras seperti perang militer. Namun kini mengingat keberadaan teknologi canggih dan banyaknya aplikasi murah serta gratis, maka perang lunak ini menjadi prioritas utama untuk memerangi Republik Islam Iran.

Perang lunak dan Hard War sejatinya mencakup perang syaraf serta propaganda di mana, masyarakat dan kelompok tertentu yang menjadi target. Tanpa menggelar perang militer dan jatuhnya korban, melalui perang lunak ini mereka dapat mengalahkan musuh. Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei saat menjelaskan arti dari peran lunak mengatakan, "Perang lunak adalah perang menggunakan sarana budaya, pengaruh, menebar kebohongan, isu dan desas-desus atau menggunakan berbagai sarana canggih saat ini, sarana komunikasi yang sepuluh tahun, limabelas tahun, tiga puluh tahun silam belum ada, kini mulai berkembang. Perang lunak adalah menanamkan keraguan di hati dan benak rakyat."

Oleh karena itu, perang lunak bertujuan melucuti ideologi masyarakat sehingga rantaian budaya serta pemikiran mereka lemah. Dengan menebar berita dan propaganda dalam sistem politik dan sosial, masyarakat menjadi target utama dan diharapkan terjadi instabilitas di tengah-tengah sebuah bangsa.
(IRIB Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar